Mahasiswa ITS Teliti Strategi Brand “Kampung Pesilat Indonesia” Madiun

    Mahasiswa ITS Teliti Strategi Brand “Kampung Pesilat Indonesia” Madiun

    Di era dengan kemudahan informasi dan komunikasi,  setiap daerah dituntut mampu melakukan branding wilayahnya untuk bisa bersaing. Menanggapi hal ini, tim mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melakukan riset mengenai strategi pengembangan wilayah Kabupaten Madiun melalui branding “Kampung Pesilat Indonesia”.

    Mereka adalah Alifia Dian Novitasari, Sukma Dyah Aini, Mukhammad Akbar Makhbubi, Dhidan Tomyagisyawan, dan Daksa Lintang Satyawadi. Kelimanya merupakan mahasiswa Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) ITS. Di bawah bimbingan Hertiari Idajati ST MSc, riset yang dilakukan berawal dari keresahan mengenai citra Kabupaten Madiun di mata masyarakat awam.

    Alifia Dian Novitasari selaku ketua tim menjelaskan, riset ini diambil dari keresahan mengenai citra Kabupaten Madiun yang dikenal negatif oleh kalangan masyarakat akibat dari aksi Pemberontakan PKI 1948 silam. Ditambah, banyaknya kelompok perguruan silat di Kabupaten Madiun, mengakibatkan sering terjadinya konflik atau kerusuhan antar perguruan pencak silat. “Kedua hal tersebut yang menjadi salah satu alasan mengapa pembangunan wilayah Kabupaten Madiun dirasa kurang, ” bebernya.

    Tim mahasiswa PWK ITS saat diumumkan mendapatkan medali emas PIMNAS kategori poster.

    Padahal menurut mahasiswa PWK angkatan 2017 ini, budaya pencak silat yang ada di Kabupaten Madiun tidak sebatas olahraga dan seni tradisional. Lebih dari itu, pencak silat berpotensi menjadi penggerak roda ekonomi Kabupaten Madiun. Sebab dampak lanjutannya akan dapat meningkatan daya saing daerah, seperti daya tarik wisata dan juga pengembangan industri kreatif.

    Pencak silat juga merupakan salah satu budaya yang telah diakui oleh The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2019, sebagai warisan budaya tak benda. Hal ini menjadi kekuatan karakter wilayah Kabupaten Madiun untuk diperkenalkan melalui sejarah dan budaya. “Pemerintah juga telah melakukan upaya optimalisasi potensi ini dengan merilis brand ‘Kampung Pesilat Indonesia’ namun upaya tersebut masih belum berhasil sepenuhnya, ” ujarnya.

    Sehingga, Alifia memaparkan, bahwa perlu adanya penelitian untuk mendapatkan strategi yang tepat dan efektif dalam upaya branding Kampung Pesilat Indonesia sebagai identitas dari Kabupaten Madiun. Dari proses riset yang panjang, didapatkan dua strategi prioritas yang menjadi upaya branding Kampung Pesilat Indonesia di Kabupaten Madiun agar lebih terkenal.

    Pertama, menurut Alifia, strategi prioritas yang diarahkan adalah untuk penguatan internal wilayah Kabupaten Madiun. Hal ini dapat dilaksanakan melalui beberapa poin mulai dari peningkatan kerja sama dan koordinasi antar stakeholder,  pengembangan 16 subsektor ekonomi kreatif hingga pembuatan Kerangka Acuan Kerja (KAK) branding Kampung Pesilat Indonesia.

    (dari kiri) Daksa Lintang Satyawadi, Sukma Dyah Aini, Mukhammad Akbar Makhbubi, Alifia Dian Novitasari, dan Dhidan Tomyagisyawan tim mahasiswa yang meniliti tentang branding Kampung Pesilat Indonesia Kabupaten Madiun.

    Tak hanya itu, Alifia mengungkap lebih dalam bahwa Kabupaten Madiun memerlukan peningkatan upaya koordinasi dan komunikasi melalui forum interaksi silaturahmi dan dialog kemusyawaratan. Forum koordinasi tersebut berguna sebagai platform untuk meningkatkan stabilitas hubungan antar perguruan pencak silat. Selain itu, yang terpenting juga perlu adanya pembentukan Dewan Branding sebagai upaya pemberi rekomendasi, pengawas, dan evaluator branding Kampung Pesilat Indonesia.

    Strategi kedua berdasarkan hasil riset adalah meningkatkan sense of belonging terhadap brand Kampung Pesilat Indonesia. Alifia menjabarkan, hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti penentuan satu hari berbusana batik pencak silat, penyusunan materi intensif pencak silat berbasis kurikulum, pengembangan media promosi Kampung Pesilat berbasis campaign digital. “Media promosi ini bisa melalui media sosial maupun memanfaatkan influencer terkenal, ” imbuhnya.

    Selain itu, sambung Alifia, penggunaan logo dan nama brand pada produk khas daerah juga menjadi cara penting untuk mengenalkan brand Kampung Pesilat Indonesia ke masyarakat luas. Dan yang terakhir, sense of belonging juga dapat ditingkatkan melalui peningkatan kegiatan festival seni dan perlombaan yang digelar secara rutin di Kabupaten Madiun. Sehingga, brand Kampung Pesilat Indonesia dapat diperkenalkan dalam skala yang lebih lebar.

    Perjuangan dan kerja keras tim selama hampir satu tahun tersebut berhasil membuahkan prestasi yang membanggakan. Riset yang dilakukan telah sukses mengantarkan tim ini meraih penghargaan setara emas untuk kategori poster dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-34, (29/10) lalu. Pada kompetisi yang digelar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini, Alifia dan tim berhasil mengalahkan 105 poster tim lain dari seluruh perguruan tinggi baik negeri dan swasta di Indonesia.

    Ke depannya, Alumnus SMAN 1 Mejayan ini berharap bahwa riset yang timnya telah lakukan dapat bermanfaat bagi pengembangan branding wilayah di Kabupaten Madiun. “Harapannya riset ini dapat diakomodasi dan menjadi salah satu alternatif referensi bagi stakeholder terkait untuk dapat memajukan madiun dengan segala potensi yang ada khususnya pencak silat, ” pungkasnya penuh harap. (*)

    SURABAYA
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Dandim Surabaya Timur Selaku Dansubsatgas...

    Artikel Berikutnya

    UNAIR -TNI Siapkan Skema Khusus Penuhi Kebutuhan...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Merah Putih, Bukan Abu-Abu, Sekarang Saatnya Indonesia Berani Jadi Benar
    Kapolri Tekankan Peran Penting Pemuda Muhammadiyah Dalam Wujudkan Indonesia Emas 
    Kapolri Beri Kenaikan Pangkat Anumerta ke Almarhum AKP Ulil Ryanto

    Ikuti Kami